Warung Cahaya, Bali | NON HALAL

Nama warung ini sudah sangat familiar dan populer bagi pecinta kuliner Non Halal di Bali bahkan diluar pulau Bali, menurut gue. Gue sangat familiar dengan nama warung-warung yang menggunakan kata Cahaya tetapi warung Cahaya di Bali ini satu-satunya yang selalu dikunjungi wisatawan dan warga lokal. Lepas dari pembahasan mengenai nama Cahaya dan mari kita membahas Warung Cahaya yang selalu dicari oleh pelanggannya karena sajian olahan dari daging babi. Setiap restoran atau warung sekalipun selalu ada satu menu favorit yang selalu dipesan dari sekian banyak menu tersaji, salah satunya yaitu Nasi Babi Goreng Sambal Matah. Entah kenapa yaa, banyak sekali penggemar sambal matah tapi bagi gue sebagai penulis blog ini, gue gak suka dengan sambal matah setidaknya ada Oline yang suka dengan menu sambal matah jadi gue bisa minta dia mendeskripsikan.

Sekarang gue menceritakan pengalaman ini ketika gue makan di Warung Cahaya yang sudah lama sekali bahkan kurang lebih di tahun lalu tapi gue sudah mencatatkan seperti apa di Warung Cahaya dan gue gak mengarang karya fiksi disini. Oke, flashback. Pesanan sudah tiba di meja dan tersaji dua porsi Nasi Babi Goreng Sambal Matah, memang awalnya gue gak suka dengan bawang mentah tapi karena ada rasa penasaran dan mungkin cocok dengan selera gue. Dilihat dari penampilan, potongan bawang, dan cabai sangat melimpah (cocok banget untuk kalian yang suka sambal matah) begitu juga porsi daging goreng yang ditumpahkan di atas piring tidak sedikit.


Satu sampai dua suap memang sudah sangat terasa rasa pedas dari sambal matah yang menurut gue bukan level pedas gue (gue lemah dengan sesuatu yang terlalu pedas termasuk kritik) padahal gue hanya ambil sedikit potongan bawang dan cabai. Lalu, ada daging goreng yang begitu enak, gurih, dan agak renyah walaupun harus sedikit dikunyah, the best!. 


Makanan belum habis tapi mulut gue sudah kebakaran (padahal pengunjung lain biasa saja makan sambal matah), gue udah overreact dan gue mau menyerah saja dengan sambal matah saat itu. Di dalam perjalanan setelah makan di Warung Cahaya, gue dan perut sangat gak cocok dengan sambal matah tapi Oline dan pengunjung sangat menikmati sekali, hope you enjoyed too guys.


Gue berpikir saat itu bagaimana kalau suatu hari Oline ajak gue makan di Warung Cahaya lagi maka gue harus punya menu andalan sendiri. Akhirnya hari itu datang juga, gue datang kembali ke Warung Cahaya dan harus coba menu lain. And you know what? Kebanyakan pengunjung masih di dominasi dengan pesanan Nasi Babi Goreng Sambal Matah, benar-benar dahsyat pesona sambal matah ini. Ketika melihat dan membolak-balik buku menu, gue ada firasat atau mungkin insting kalau menu Nasi Babi Goreng Cabe dan Nasi Goreng Babi + Telor mungkin worth to try. Jadi, gue coba kedua menu itu tapi gue pesan kedua menu itu gak di hari yang sama lho.

Menu yang pertama gue pesan pada hari kedua mengunjungi Warung Cahaya yaitu menu Nasi Babi Goreng Cabe. Gue juga sedikit bertanya-tanya ke pelayan mengenai cara mereka mengolah cabai nya dan setelah gue mengetahui caranya maka gue rasa aman untuk menikmati menu ini. Selagi gue menunggu makanan datang gue melihat kanan dan kiri pengunjung lain yang begitu tenang menikmati sambal matah, akhirnya pesanan yang diminta pun datang juga.


Gue agak kaget melihat penampilannya yang penuh dengan cabai merah sampai menutupi daging goreng tapi gue harus optimis dengan apa yang gue pesan kalau menu ini pasti cocok dengan gue.


Ternyata menu Nasi Babi Goreng Cabe enak banget dan setidaknya rasa pedas cabai tidak terlalu dan ada rasa gurih menurut gue rasanya seperti sambal goreng akhirnya gue mendapatkan menu andalan sendiri di Warung Cahaya, lalu daging goreng pun melimpah dan dari apa yang gue rasakan tidak jauh berbeda rasa dengan babi goreng sambal matah. Memang benar apa yang orang lain katakan kalau makan cabai bisa menambah nafsu makan, ada orang yang suka makan cabai berlebihan dan ada juga orang yang seperti gue gak suka rasa yang terlalu pedas tapi butuh rasa pedas pada makanan.


Third day. Gue datang kembali ke Warung Cahaya karena Oline mau mencoba menikmati Nasi Babi Goreng Cabe dan tujuan gue ingin menikmati nasi goreng walaupun saat itu gue agak kurang yakin dengan nasi goreng ala Warung Cahaya tapi tetap gue pesan menu Nasi Goreng Babi + Telor.

Gue menunggu pesanan datang dengan keraguan akan seperti apa rasa nasi goreng milik Warung Cahaya dan juga sebenarnya gue agak weird juga kenapa pesan nasi goreng, kan jelas Warung Cahaya terkenal dengan menu olahan babi goreng but who care. Pesanan pun datang.


So this is what I got?! Sederhana banget penampilan Nasi Goreng Babi + Telor, gue gak menghina makanan ini hanya saja kaget dengan penampilannya tetapi gue tetap menghormati dan menikmati Nasi Goreng Babi + Telor sampai habis. Di saat itu gue sudah mengenal rasa nasi goreng khas Bali yang jelas berbeda dengan nasi goreng khas Jakarta yang biasa ditemukan sepanjang jalan atau keliling di perumahan saat malam hari. Nasi Goreng Babi ala Warung Cahaya menurut gue worth to try dan gak mengecewakan sama sekali hanya saja kurang spesial ya memang nasi goreng mungkin bukan ciri khas mereka. Daging yang dicampur dengan nasi goreng tidak sedikit jadi gue pikir bisa jadi pilihan apabila kalian ingin makan nasi goreng di Warung Cahaya. Oh yaa, gue rasa porsi Nasi Goreng Babi + Telor cukup mengenyangkan juga.


Selama berkali-kali gue mengunjungi Warung Cahaya, gue gak pernah foto suasana tempat makan di sana seperti apa, bagian depan warung memang tidak terlalu besar, mereka menyediakan ruang makan tambahan di bagian belakang jadi jangan khawatir gak dapat tempat duduk tapi jika kalian gak dapat tempat duduk ya bersabar saja dahulu atau kalian bisa order take away. Gue kasih saran lebih baik kalian datang pada sebelum jam makan siang dan jangan datang terlalu sore apalagi saat makan malam karena Warung Cahaya sudah tutup. Kalian bisa cek Instagram milik Warung Cahaya karena mereka sering update mengenai info jadwal buka-tutup warung. End of the word, let the chili cheers your day.

Komentar

Postingan Populer