My Journey To Labuan Bajo, NTT | Part 1


Indonesia bagian timur memang tidak diragukan lagi dengan pesona alam nya yang luar biasa seperti Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua. Gue sering kali mengkhayal untuk bisa berada disana ketika gue melihat tayangan di televisi yang meliput salah satu pesona alam di Indonesia bagian timur atau melihat foto-foto di sosial media. Waktu berlalu, pada akhirnya gue berkesempatan bisa travelling ke NTT (Nusa Tenggara Timur) tepatnya ke Labuan Bajo, Flores. Dulu saat pertama kali gue tertarik untuk travelling ke NTT, gue sudah melakukan survey dari segala sumber salah satunya dari cerita pengalaman orang lain yang pernah kesana. Lalu hari ini gue bisa share ke kalian tentang pengalaman gue travelling di Labuan Bajo, Flores.

Perjalanan gue dimulai dari Bali ke Labuan Bajo, Flores menggunakan pesawat terbang Nam Air IN-654 (I’m always choose a cheap ways), saat itu waktu take off 11.05 siang dan akan tiba di Labuan Bajo pukul 12.00 siang (tidak ada perbedaan waktu antara Bali dan Labuan Bajo). Gue sharing sedikit tentang pengalaman gue pertama kali menggunakan salah satu pesawat maskapai hemat yaitu Nam Air (Sriwijaya Group), saat pertama kali gue masuk pesawat agak kurang nyaman karena AC (Air Conditioner) tidak terlalu dingin tapi setelah pesawat take off, AC mulai terasa dingin, mungkin ada alasan khusus kenapa saat itu AC tidak dingin. Lalu, tak berselang lama pesawat mendarat di Bandara Komodo dengan aman.


Selama ini gue gak pernah travelling ke suatu tempat dengan tour guide atau agent tour dan baru kali ini gue menggunakan tour guide selama di Labuan Bajo karena gue sudah mencari tahu segala hal tentang Labuan Bajo dari pengalaman orang lain dan beberapa sumber di internet. Beberapa sumber menjelaskan bahwa lebih baik menggunakan agent tour untuk trip Labuan Bajo agar lebih mudah, praktis dan tidak ada budget ekstra. Selain itu, mostly destinasi wisata di Labuan Bajo berada di kepulauan sehingga pengunjung harus menggunakan kapal. Menyewa kapal jelas tidak murah kecuali kalian sudah berencana membawa teman atau keluarga dengan jumlah lebih dari 10 orang. Itu bisa lebih meringankan biaya sewa kapal per orang, sedangkan apabila kalian sendiri, atau berdua sudah pasti lebih mahal. Hal ini seperti wisata di Kepulauan Seribu dan daerah-daerah lain.

Kurang lebih seperti itu tapi kalian bisa menentukan pilihan kalian trip ke Labuan Bajo dan bisa sharing ke gue juga. So you just enjoy the view and swimming in the ocean. By the way, gue trip ke Labuan Bajo bersama dengan LYLA Tour, kalian bisa cek trip mereka kemana saja, harga dan kontak di akun Instagram LYLA atau cek website.

Setelah gue keluar dari pintu kedatangan bandara Komodo, gue dijemput dengan 2 laki-laki yang satu berasal dari Bima dan yang satu lagi berasal dari Flores. Lalu, mereka membawa kita dengan mobil untuk menuju ke salah satu penginapan yaitu hotel Green Hill yang berada di Jl. Soekarno Hatta. Perjalanan dari Bandara Komodo ke hotel Green Hill cukup dekat, mungkin tidak sampai 10 menit. Di Labuan Bajo mobil taksi menggunakan mobil pribadi dan tidak ada brand taksi yang menempel di mobil mereka.

Bandara Komodo yang masih terlihat baru.

Sedikit room tour.

Fasilitas terpenting yaitu tempat tidur dan kamar mandi.

Saat sore, gue berjalan-jalan di sepanjang Jl. Soekarno Hatta (depan hotel), jalan besar ini sangat ramai kendaraan melintas salah satu yang menarik adalah mobil angkot yang memutar musik bergenre house music, dan electronic dance music dengan bass yang cukup besar, selain itu gue melihat berbagai macam tempat yang menawarkan tour berkeliling pulau-pulau di Flores dengan kapal, beberapa restoran kecil, kafe (gak terlalu ramai), penginapan, dan pertokoan.



Tampak depan hotel Green Hill

Well, setelah berjalan kaki sebentar gue kembali ke hotel dan memilih untuk makan di restoran yang masih satu tempat dengan hotel yaitu Artomoro. Restoran Artomoro cukup sederhana dan didominasi menu makanan lokal. Pesanan gue yaitu Bakwan Jagung Rp. 25.000/porsi, Tumis Kangkung Terasi Rp. 20.000/porsi, Sambal Terasi Rp. 10.000/porsi, Nasi Putih Rp. 10.000/porsi, Es Teh Tawar Rp. 15.000/gelas dan Buah Potong atau Salad Buah Rp. 35.000/porsi.

Harga yang ditawarkan menurut gue masih standar restoran dan apabila kita melihat porsi yang diberikan cukup banyak juga selain itu rasa makanan juga tidak mengecewakan. Ketika gue sedang menunggu pesanan, ada nona (pelayan Artomoro) memberikan semangkuk kecil kacang goreng dan satu botol air dingin. Good service!




Restoran Artomoro menyajikan pemandangan pelabuhan Labuan Bajo.

Ketika malam hari kita diajak oleh Ardi (tour guide LYLA Tour) salah satu orang yang menjemput gue di bandara tadi siang, Ardi mengajak para peserta trip (termasuk gue) untuk makan malam di Wisata Kuliner Kampung Ujung. Lokasinya cukup dekat dari hotel, kita hanya berjalan kaki dan sampai disana banyak warung tenda yang menyajikan masakan seafood. Setelah menikmati makan malam (makan malam sudah ditanggung LYLA), berkenalan dengan peserta lain, dan dilanjutkan oleh Ardi untuk briefing tentang perjalanan besok pagi. Setelah itu kami kembali ke penginapan untuk beristirahat karena perjalanan esok akan dimulai sekitar jam 08.00 pagi.

Wisata Kuliner Kampung Ujung.

Turis-turis selalu menikmati makan malam disini.

Hari Pertama


Jam 08.00 pagi di depan penginapan kita sudah berkumpul, lalu melanjutkan perjalanan ke pelabuhan dengan berjalan kaki sambil membawa barang bawaan kita masing-masing.


Perjalanan dari penginapan ke pelabuhan tidak terlalu jauh tapi melelahkan karena cuaca sangat panas dan rasanya seperti kepala kita terlalu dekat dengan matahari. Banyak kapal dengan berbagai jenis sedang berlabuh, selama dijalan gue berusaha menebak-nebak kapal mana yang akan membawa kita tapi gue gak berpikir kita akan menggunakan kapal Pinisi. Jadi kapal yang kita gunakan adalah kapal LOB (Live On Board) dan bisa dibilang jenis kapal medium, biasanya ada dua jenis yaitu Non AC (use fan) dan Full AC.

Kapal ini jelas bukan untuk tour.


Cukup hati-hati melangkah.


Briefing tour hari ini.


Awalnya gue book tour dengan kapal non AC tapi gue harus pindah ke full AC karena ketersediaan kapal (gue harus menambah biaya) dan setelah merasakan gue gak menyesal memilih kapal full AC. Jenis kapal ini sangat laris di Labuan Bajo karena harga lebih terjangkau dan fasilitas lengkap. Jika kalian memiliki budget besar, kalian bisa sewa tour Labuan Bajo dengan kapal Yacht atau kapal Pinisi. Next, peserta LYLA tour berjumlah 17 orang dan kita menggunakan dua kapal. Satu kapal bisa menampung kurang lebih 12 orang. Satu kapal memiliki 3 kamar tidur dengan setiap kamar memiliki 4 kasur berjenis bunk bed. Dua kamar mandi berukuran kecil yang berada di bagian belakang kapal.

Ruangan tempat tidur sempit jadi gue sarankan kalian cukup membawa tas carrier/tas punggung atau juga koper kecil/medium dan kalian cukup membawa satu koper saja. Selama berlayar gue tidak ke kamar tidur dan kawan-kawan lain lebih sering menghabiskan waktu bersantai di dek atas kapal dan suhu di kamar tidur pun panas saat siang, jadi kalian jangan berharap AC menyala saat siang hari. Kita menghabiskan waktu di kamar tidur hanya saat tidur malam. Kegiatan mencharge gadget hanya dilakukan saat malam hari. To be honest, gue sangat menyukai live on board karena kita sering menghabiskan waktu chit-chat dengan orang lain bahkan dengan kru kapal sekalipun. One more thing, kondisi kapal saat itu bersih dan bagi gue kapal jenis ini sudah sangat nyaman.


Tujuan pertama perjalanan saat itu adalah mengunjungi pulau Kelor dengan durasi waktu perjalanan kurang lebih 60 menit. Ketika dalam perjalanan gue dan Oline bertanya ke salah satu kru mengenai Gili Lawa dan jawab mereka saat itu adalah kunjungan ke Gili Lawa sudah ditutup, entah sampai kapan dan kami mulai semakin membicarakan kejadian itu.

Ini bukan Gili Lawa.

Gue mulai sadar bahwa kapal semakin dekat dengan tujuan karena laju kapal mulai lambat dan sudah terlihat beberapa kapal berlabuh di pulau Kelor. Untuk menuju ke pulau Kelor, kita menggunakan kapal sekoci. Terik matahari agak menyengat jadi sangat penting menggunakan sunblock dan membawa botol air mineral. Dari jauh gue bisa melihat trek pendakian menuju ke spot foto tapi tidak terlalu jauh, gue merasa trek pulau Kelor agak mirip saat dulu gue mendaki ke Gunung Prau, Jawa Tengah.




Mengambil foto dengan angle ini harus mengantri.

Saat itu matahari sangat menyengat.


Setelah turun dari atas, gue beristirahat dibawah pohon yang cukup melindungi kepala dari matahari sambil mengatur nafas kembali normal karena kelelahan. Gak lama gue mengabadikan momen di bawah pantai sambil menunggu kapal sekoci datang menjemput.

Foto di pantai juga sangat bagus.


Saat itu kapal masih berlabuh di pulau Kelor karena kita menunggu makan siang yang akan disediakan koki kapal. Mungkin karena kegerahan jadi kita memutuskan untuk berenang di laut sambil menunggu makan siang. Pengalaman pertama gue berenang di laut dengan kedalaman lebih dari 5 meter, sedikit takut dan khawatir tapi berenang bisa melepas lelah setelah mendaki di pulau Kelor. Gue melihat warna air laut di Kepulauan Flores sangat biru.

Pemanasan pakai pelampung dulu biar gak kram.


Seperti inilah penampilan makan siang di atas kapal.

Menu makanan yang disajikan selalu unik dan enak.

Tujuan selanjutnya adalah mengunjungi pulau Manjarite dan selama disana kita akan melakukan snorkeling. Sayangnya gue gak ada dokumentasi selama snorkeling di pulau Manjarite karena gue gak membawa waterproof case untuk action cam. Jangan khawatir, peralatan snorkeling sudah disediakan oleh LYLA Tour dan layak pakai.

Puas berenang dan snorkeling di pulau Manjarite, perjalanan dilanjutkan menuju ke pulau Rinca. Tidak hanya pulau Komodo yang memiliki satwa liar komodo tapi di pulau Rinca juga ada. Perjalanan cukup lama dari pulau Manjarite ke pulau Rinca sehingga di kapal hanya tidur siang saja.

Pemandangan yang sering dilihat ketika berlayar.

Pulau Rinca memiliki banyak pohon bakau dan kondisi arus perairannya sangat tenang. Terdapat dermaga kecil yang sangat bagus menjadi tempat berfoto. Pulau Rinca juga dikenal dengan nama Loh Buaya.









Penghuni selain komodo.

Sebelum memulai untuk mencari komodo, kita di briefing dahulu oleh para baptua (baca:bapatua) atau Ranger tentang pengetahuan umum tentang komodo dan beberapa aturan agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan. Selama mendengar briefing dari baptua gue berkesimpulan bahwa satwa komodo jelas sangat berbahaya bahkan ada istilah “Kalau ada darah setetes, itu komodo pesta” maksudnya kalau kita sampai berdarah sedikit saja, si Komodo langsung tahu. Pulau Rinca memiliki 1500 ekor komodo yang tersebar luas.

Para ranger sudah dibekali tongkat khusus apabila ada komodo yang mendekat.


Pencarian pertama kita menuju ke rumah khusus dapur para ranger biasanya banyak komodo yang berkeliaran karena mereka sangat suka mencium bau masakan.


Komodo tidak banyak bergerak hanya menoleh kiri-kanan dan menjulurkan lidah.

Setiap komodo bergerak sedikit, kami langsung heboh karena takut.

Warna kulit komodo sangat menyerupai tanah, kamuflase.

Bagaimana? Foto ini diambil oleh ranger.

Lalu, kita menuju ke tempat induk komodo bertelur dengan jarak cukup jauh. Gue sangat menyukai pemandangan landscape pepohonan di sekitar pulau Rinca, hanya saja selama berjalan mata gue selalu waspada apabila ada pergerakan si komodo. Jangan khawatir, banyak baptua yang menjaga kita dengan tongkat kayu seperti Nabi Musa.




Ada kebiasaan unik komodo seperti cara betina menarik perhatian para jantan adalah dengan cara si betina mengeluarkan sperma agar dapat dicium oleh si jantan. Komodo adalah hewan kanibalisme, biasanya komodo dewasa suka memangsa anak mereka ketika menetas sehingga anak-anak komodo selalu melarikan ke atas pohon agar tidak dimangsa. Umur tertua komodo mencapai 50 tahun dan ada hal unik lagi yaitu komodo biasa disebut buaya darat.

Kalian bisa lihat ada induk komodo?


Saat nya kembali ke kapal.


Landscape sangat menarik untuk di foto.


Menunggu sunset dengan foto-foto.

Menurut baptua ada buaya air asin di sekitar pulau Rinca.

#nofilter

Malam ini kapal berlabuh di pulau Rinca dan akan melanjutkan perjalanan esok pagi ke pulau Padar. Sinyal sangat malu-malu di pulau Rinca, terkadang muncul sinyal tapi tidak lebih dari 2 titik.

Well, cukup sampai disini dulu postingan ini dan gue akan melanjutkan cerita selama di Labuan Bajo di part 2 yang akan gue posting nanti (secepatnya). Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di postingan selanjutnya My Journey To Labuan Bajo Part 2.

Oh ya! Jangan lupa kasih komentar dan kalau bisa follow atau berlangganan blog Dahar sekalian. Thanks a lot.

Komentar

Postingan Populer