|
Gue bangun sekitar jam 6 pagi, seperti ini warna langit pagi. |
Pagi dini hari kapal sudah berlayar menuju ke pulau Padar. Rencana hari itu kapal mulai berlayar jam 3 pagi dan akan tiba di pulau Padar sekitar jam 6 pagi agar tidak terlalu panas saat trekking ke puncak tapi kenyataan kita agak telat sedikit. Salah satu destinasi favorit tapi butuh perjuangan ekstra dan melelahkan. Kita memulainya dengan sarapan terlebih dahulu.
|
Pagi hari sudah banyak kapal yang berlabuh. |
|
Kami menggunakan sekoci untuk menuju ke dermaga. |
|
Perjalanan yang sangat panjang. |
|
Gak terbayang kalau trekking saat siang hari. |
|
Finally! |
|
Seperti biasa, budayakan antri untuk berfoto. |
|
Menunggu giliran untuk berfoto. |
|
Pulau itu terlihat seperti penyu raksasa. |
Capek! Itu yang dirasakan dari segenap pengunjung pulau Padar. Perjalanan cukup jauh untuk menuju spot foto yang bagus dan cukup sepi pengunjung. Dari apa yang gue lihat, banyak spot foto di bawah tapi ramai pengunjung sampai antri. Setidaknya kita harus menikmati terlebih dahulu pemandangan dengan mata setelah itu mengabadikan momen.
Oke, persiapkan tenaga untuk turun ke pantai.
|
Waktu nya untuk kembali turun, capek! |
|
Semakin siang banyak pengunjung mulai turun. |
|
Di dalam pikiran saat itu, seharusnya turun dari puncak menggunakan flying fox. |
Botol air mineral sudah habis tapi beruntung ada yang jual kelapa di pantai dengan harga Rp. 30.000. Reaksi pertama pasti “Mahal banget!”, jangan disamakan jualan kelapa di Jakarta dengan di pulau Padar. Mereka menggunakan kapal dengan jarak perjalanan yang cukup jauh. Let’s back to boat!
|
Mereka hanya menjual kelapa saja tanpa es dan gula. |
|
Menunggu sekoci datang menjemput. |
Pink Beach adalah destinasi selanjutnya, salah satu pantai yang sangat populer bahkan menjadi destinasi yang sering terlihat di postingan Instagram gue. Pink beach itu bukan satu pantai tapi ada beberapa pantai yang memiliki warna pink pada pasirnya. Salah satu pantai yang akan kami kunjungi adalah pulau Serai yang masih di sekitar pulau Rinca.
Selain mengabadikan momen dan berenang, kita juga bisa snorkeling karena arus ombak tidak begitu deras. Saat snorkeling gue melihat satu ikan pari berukuran sedang, warna dan corak sangat bagus tapi gue gak berani mendekat. Mengingat ikan pari sangat berbahaya pada bagian ekor lancipnya dan beracun.
|
Di foto dengan drone cam, too bright! |
|
Seperti biasa, berenang selagi menunggu makan siang. |
Salah satu hal penting, stamina kalian harus kuat untuk trip di kepulauan Komodo karena satu hari banyak kegiatan yang menguras tenaga dan jika ada waktu senggang pergunakan waktu untuk istirahat dan juga jangan lupa untuk lebih sering minum air mineral agar kalian gak dehidrasi. Oke! Perjalanan selanjutnya masih diatas air, kita akan menuju ke Manta Point. Kalian tahu ikan Manta? Warna hitam, bentuk seperti layang-layang dan besar. Gue agak ngeri-ngeri sedap karena letak Manta Point berada di tengah laut yang arus cukup kuat jadi kapal tidak melepaskan jangkar dan kita harus melompat dari kapal.
Gue bisa berenang tapi ketika liat arus laut yang kuat, nyali gue turun dan gue memilih menggunakan rompi pelampung. Hal penting, jangan melakukan aktifitas ini apabila kalian tidak yakin dan apabila kalian melakukannya dengan rompi pelampung, pastikan dahulu rompi pelampung kalian berfungsi dengan baik agar tidak ada kejadian yang merugikan keselamatan kalian walaupun gak enaknya pakai rompi pelampung adalah ketiak agak sakit karena gesekan dari rompi pelampung yang terangkat. Lebih baik kita cari aman saja.
Si Ardi dan kru kapal memandu kami untuk menuju ke spot Manta, gak lama kami melihat 2 kali penampakan manta yang besar dan setiap si manta bergerak maju terasa lebih seram. Kebanyakan manta yang gue lihat selalu berdiam di dasar laut, gue perkirakan kedalaman lebih dari 5 meter, mungkin mencapai 10 meter. Just try to guess.
Gak terasa, kita sudah mengambang di tengah laut cukup jauh, akhirnya kapal menjemput kita. Menurut gue, pengalaman melihat ikan manta sangat seru and worth it! Setelah berada diatas kapal, gue sempat berpikir untuk bisa belajar menyelam di laut. Dunia di bawah laut sangat eksotis dan menantang bagi gue walaupun menguras tenaga.
Sambil kami beristirahat, kapal menuju ke tujuan selanjutnya yaitu Pulau Gusung atau Taka Makassar. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Manta Point. Jika dilihat kasat mata, Taka Makassar hanyalah pulau yang sangat kecil, pulau akan terlihat ketika air surut saja dan jelas tidak berpenghuni. Sayangnya, gue belum memiliki drone cam karena menurut gue pulau Gusung akan terlihat bagus apabila di dokumentasikan dengan drone cam dan saat kondisi tidak ada pengunjung sama sekali. No matter what, gue harus menikmati momen selama di pulau Gusung.
|
Kapal tidak bisa berlabuh di dekat pulau jadi kami menggunakan kapal sekoci |
Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke pulau ini lebih sering melakukan foto-foto, dan ada beberapa yang snorkeling. Mungkin karena kelelahan, gue tidak mencoba snorkeling, begitu pun yang lain.
|
Sulit untuk foto tanpa ada orang lain masuk di frame. |
Fungsi sunblock memang sangat penting selama kita exploring di Flores, menghindari kulit kalian terbakar matahari walaupun kulit akan menghitam dan sebenarnya ada satu hal lagi yang saat itu gue lupa bawa yaitu gel aloe vera atau lidah buaya. Gel tersebut berfungsi untuk mendinginkan kulit kalian yang terkena matahari dan biasanya digunakan setelah kita menghabiskan waktu di luar ruangan. Gue sempat mengalami rasa panas bagian kulit, awalnya gue berpikir terbakar matahari tapi seharusnya kalau kulit terbakar terasa perih.
Perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke tujuan terakhir di hari kedua yaitu pulau Kanawa. Selama menuju ke pulau Kanawa, kapal sangat berguncang, sampai kapal terlalu miring. Gue berpikir positif saja karena melihat raut wajah si kapten biasa saja dan tenang.
|
Kokpit kapal. |
Rencana di pulau Kanawa adalah kapal akan berlabuh dan bermalam di pulau Kanawa. Di pulau Kanawa terdapat resort dan restoran kecil, kami menikmati sunset dan bermain sepak bola bersama warga lokal di pantai.
Sebuah pengalaman pertama kali, tidur di kapal yang berguncang seperti tidur di ayunan.
Hari Ketiga
Pagi ini kapal tidak beranjak dari pulau Kanawa karena hari ini adalah hari terakhir kami berada di lautan Flores. Kami menghabiskan waktu dengan snorkeling di pulau Kanawa. Pemandangan bawah laut di Kanawa sangat bagus dan arus tidak begitu kuat, banyak jenis ikan dan terumbu karang dengan warna dan bentuk yang unik di sekitar dermaga pulau Kanawa. Satu hal yang gue sesali adalah kenapa underwater case gue harus rusak tapi yang penting mata gue sudah melihat keindahan bawah laut Flores.
Puas berenang di laut, kapal mulai berangkat ke pelabuhan Labuan Bajo. Kami mulai membereskan segala perlengkapan di kamar dan mempersiapkan diri untuk pulang. Selama perjalanan pulang, sebagian dari kami ada yang membicarakan kapan bisa trip ke Flores lagi, mulai sadar warna kulit semakin hitam, sharing contact dan masih banyak lagi. Seperti sebelumnya, arus laut sangat kuat dari pulau Kanawa menuju ke Pelabuhan Labuan Bajo. Kami berpegangan pada kapal yang miring kiri dan kanan. Beberapa dari kami ada yang duduk diam sambil menutup mata, ada yang berpegangan pada sesuatu dengan wajah khawatir, dan ada yang heboh setiap kapal goyang.
Rasanya baru kemarin berkeliling dan hari ini kapal harus berlabuh di Labuan Bajo. Beberapa peserta ada yang langsung menuju ke bandara Komodo diantar dengan mobil, lainnya ada yang menghabiskan waktu di Labuan Bajo karena jadwal flight malam dan gue menginap satu malam di Le Pirate.
|
Penggunaan warna cat sangat cocok dan bagus. |
|
Cuaca panas, berenang menjadi pilihan utama. |
|
Kita memilih jenis kamar bunk bed. |
|
Satu kamar berkapasitas 4 tempat tidur. |
|
Bijak menggunakan air. |
|
Berada di lantai paling atas. |
|
Kolam renang berukuran kecil. |
|
Menghindari penggunaan sedotan plastik. FYI, kalian tidak bisa membawa pulang sedotan nya. |
|
Gue sangat merindukan segelas es teh tawar. |
|
Western v Local. |
|
Hawaiian Pizza - 60k |
|
Nasi Goreng - 55k |
Entah kenapa setelah berlayar beberapa hari masih sering mengalami goyangan ketika gue sedang berdiri atau duduk diam, gue sering ketawa ketika perasaan 'goyang' itu muncul.
Ada berbagai hal yang harus kita biasakan sebagai turis di Labuan Bajo dan beberapa pengalaman itu gue rasakan selama menginap di hotel dan gue juga bertanya ke warga lokal tentang keadaan di Labuan Bajo. Gue hanya memberi tahu hal yang penting, sebagai berikut :
Penggunaan air tawar untuk mandi sangat sedikit jadi sangatlah penting untuk kita lebih hemat menggunakan air tawar. Hal ini juga berlaku di setiap hotel dan selama di kapal. Gue juga merasakan pertama kali mandi dengan air payau. Lalu gue juga merasakan mandi menggunakan shower kecil bahkan air tawar yang keluar dari shower cukup kecil.
Kita harus mengurangi penggunaan plastik dan dilarang keras membuang sampah plastik sembarangan selama di Labuan Bajo (darat dan laut) supaya tidak ada pencemaran di laut Flores dan sekitarnya. Ketika gue sedang melakukan snorkeling, para kru kapal menyarankan bila kita melihat sampah plastik mengapung harus kita ambil. Sebaiknya, kita membiasakan diri melakukan hal itu dimanapun kita berada.
Lalu, penggunaan listrik juga dibatasi tapi gue tidak merasakan hal itu di penginapan. Ketika di atas kapal, listrik generator akan menyala saat jam 18.00 hingga jam 05.00. Namun, gue mencari tahu ke warga lokal mengenai hal ini memang sering terjadi, listrik hanya menyala selama 12 jam saja di daratan Labuan Bajo dan pulau sekitarnya.
Sinyal telepon dan internet tidak terlalu bagus di sekitar kepulauan namun untuk di Labuan Bajo masih terdapat sinyal telepon dan internet. Gue pengguna Telkomsel masih aman walaupun masih sering kehilangan sinyal. Lalu, pengguna provider lain harus mencari tahu lebih dulu. Kesimpulan, sinyal telepon dan internet di beberapa pulau-pulau Flores tidak terlalu kuat dan sering tidak ada sinyal maka dari itu lebih baik kita saling berbincang dan menikmati pemandangan selama berlayar.
Sekitar jam 10 pagi, gue sudah harus meninggalkan Le Pirate dan Labuan Bajo karena pesawat berangkat jam 1 siang. Gue menggunakan taksi untuk menuju ke bandara Komodo dengan tarif Rp. 50.000, awalnya berpikir jarak perjalanan akan sangat dekat tapi kenyataannya berbeda. Cukup jauh memutar karena Jl. Soekarno Hatta hanya satu jalur saja tapi menurut gue tidak terlalu memakan waktu lama.
Trip di Labuan Bajo untuk pertama kalinya sudah selesai tapi jika ada kesempatan, mungkin gue akan kembali lagi atau trip ke Sumba atau Flores yang bisa dikunjungi. Lalu, gue ada saran untuk kalian untuk foto full body after-before berkeliling di Labuan Bajo, seperti kulit gue yang sebelumnya coklat/sawo matang menjadi semakin coklat, apalagi kalau trip selama seminggu lebih bisa jadi warna kulit jadi hitam. Barangkali foto itu bisa jadi kenangan.
End of the word, thanks a lot for spend your time to reading my blog and I'll be so thankful if you follow, comment or share my post to your social media. Last, if you see something wrong about my post, please remind me.
Komentar
Posting Komentar